Lingkungan proyek konstruksi memiliki risiko kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh, terutama bagi mahasiswa yang sedang melakukan kunjungan lapangan, kerja praktik, atau magang. Debu halus, lumpur, material bangunan, hingga zat kimia ringan dapat berdampak buruk jika terhirup atau mengenai kulit secara langsung. Oleh karena itu, pemahaman tentang keselamatan dan kesehatan kerja menjadi hal penting sejak dini. Artikel ini membahas bagaimana mahasiswa dapat tetap aman dan sehat saat berada di area konstruksi dengan fokus pada pencegahan paparan debu dan kotoran.
Menurut data International Labour Organization tahun 2023, sekitar 20 persen gangguan kesehatan pekerja konstruksi disebabkan oleh paparan debu dan partikel halus dalam jangka panjang. Fakta ini menunjukkan bahwa keselamatan di proyek konstruksi bukan hanya soal kecelakaan fisik, tetapi juga perlindungan kesehatan sehari-hari.
Risiko Kesehatan di Lingkungan Konstruksi
Proyek konstruksi menghasilkan berbagai jenis partikel yang berbahaya bagi tubuh. Debu semen, pasir, tanah kering, dan serpihan material dapat masuk ke saluran pernapasan dan menyebabkan iritasi hingga gangguan paru-paru. Selain itu, kotoran di permukaan material juga dapat membawa bakteri atau zat berbahaya yang memicu infeksi kulit.
Beberapa risiko kesehatan yang umum ditemui di area konstruksi antara lain:
- Iritasi mata akibat debu beterbangan
- Gangguan pernapasan karena menghirup partikel halus
- Infeksi kulit akibat kontak langsung dengan kotoran
- Alergi dari bahan kimia atau material tertentu
- Kelelahan fisik akibat lingkungan kerja yang tidak higienis
Kesadaran terhadap risiko ini menjadi langkah awal untuk menerapkan perilaku aman selama berada di lokasi proyek.
Cara Menghindari Menghirup Debu Kotor
Salah satu bahaya utama di proyek konstruksi adalah debu. Debu tidak selalu terlihat jelas, tetapi dapat bertahan lama di udara dan terhirup tanpa disadari. Untuk mengurangi risiko tersebut, mahasiswa perlu menerapkan langkah pencegahan sederhana namun efektif.
Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
- Menggunakan masker pelindung yang sesuai standar saat berada di area berdebu
- Menghindari berdiri terlalu dekat dengan aktivitas pemotongan atau pengadukan material
- Mengatur posisi tubuh agar tidak langsung berhadapan dengan sumber debu
- Mengganti masker secara berkala jika sudah kotor atau lembap
- Membersihkan wajah dan hidung setelah meninggalkan area proyek
Statistik dari lembaga kesehatan kerja menunjukkan bahwa penggunaan masker pelindung secara konsisten dapat menurunkan risiko gangguan pernapasan hingga 60 persen pada lingkungan konstruksi.
Menghindari Kontak Langsung dengan Kotoran
Selain debu, kotoran pada material dan permukaan proyek juga berpotensi membawa zat berbahaya. Menyentuh tanah, lumpur, atau material bangunan tanpa pelindung dapat menyebabkan iritasi atau infeksi kulit.
Untuk mencegah hal tersebut, mahasiswa disarankan untuk:
- Menggunakan sarung tangan saat menyentuh material atau peralatan
- Tidak menyentuh wajah sebelum mencuci tangan
- Menghindari duduk langsung di permukaan tanah atau lantai proyek
- Membawa hand sanitizer atau tisu basah untuk pembersihan sementara
- Segera mencuci tangan dan kaki setelah selesai aktivitas lapangan
Kebiasaan kecil ini sering diabaikan, padahal sangat berpengaruh terhadap kesehatan jangka panjang.
Peran Edukasi Keselamatan bagi Mahasiswa
Edukasi keselamatan di proyek konstruksi penting diberikan sejak mahasiswa masih di bangku kuliah. Dengan memahami prosedur dasar keselamatan, mahasiswa akan lebih siap menghadapi kondisi lapangan nyata. Topik keselamatan seperti proyek konstruksi mengedepankan faktor kesehatan perlu menjadi bagian dari diskusi akademik agar mahasiswa tidak hanya fokus pada aspek teknis, tetapi juga kesejahteraan diri.
Berita dari sektor pendidikan teknik tahun 2024 menyebutkan bahwa kampus yang rutin memberikan pelatihan keselamatan lapangan mampu menurunkan insiden gangguan kesehatan mahasiswa magang hingga 40 persen.
Kesimpulan
Menjaga keselamatan dan kesehatan saat berada di proyek konstruksi adalah tanggung jawab setiap individu, termasuk mahasiswa. Paparan debu dan kotoran dapat diminimalkan dengan penggunaan alat pelindung, perilaku higienis, serta kesadaran akan risiko lingkungan. Dengan membiasakan diri menerapkan prosedur safety sederhana, mahasiswa tidak hanya melindungi kesehatan diri sendiri, tetapi juga membangun budaya kerja yang aman dan profesional sejak dini.
